Tuesday, February 3, 2009

Kampanye Anti Korupsi A la SBY

Like father, like son. Di Hari Anti Korupsi Sedunia, 9 Desember 2008, SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat beriklan (Kompas, 9/12/2008). Taglinenya : “Katakan Tidak ! Pada Korupsi.” Mungkin untuk menegaskan kuatnya komitmen SBY yang juga presiden kita itu, anak kedua SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono juga ikut sebagai bintang iklan. Iklan itu, hmmm, pasti akan jauh lebih menghebohkan bila besan SBY, Aulia Pohan, sengaja ikut sebagai bintang iklan kampanye anti korupsi itu.

Relevankah anak SBY sebagai bintang iklan untuk berkata “Tidak !” pada korupsi ? Ia pernah dikenalkan SBY sebagai pengangguran. Kini baru berstatus sebagai caleg Partai Demokrat. Pekerjaan tidak ada, jabatan pun juga tidak punya, lalu apa yang bisa ia korupsi ? Kloplah bila ia berani berkata “Tidak !” untuk korupsi.

Dirinya dan sosok lain, Puan Maharani sebagai misal, merupakan warga Indonesia yang beruntung. Bila mereka terpilih dalam Pileg 2009 nanti, status penganggurannya bisa terhapus. Bukan berita jelek. Di tengah krisis ekonomi global dan badai PHK dimana-mana saat ini, masih terdapat lowongan pekerjaan bergengsi dan elitis untuk mereka. Tetapi, jujur saja, siapa dulu dong bapaknya ? Siapa dulu dong ibunya ? (BH).

1 comment:

  1. OMONG KOSONG SBY vs BUALAN MEGA

    Dengan nama rakyat, Susilo Bambang Yudhoyono ataupun Megawati menjadikan rakyat sebagai barang dagangan kampanye politik 2009. Satu persatu rangkaian kata hingga terkumpul 41,1jutajiwa(21,92%) rakyat miskin merupakan nilai fantastis untuk dijadikan bahan kampanye.

    Lantas, "apakah yang sudah mereka lakukan untuk mengurangi kemiskinan??!!"

    "Apakah kebijakan mereka selama ini berpihak pada kemiskinan??!!"

    Dan sekarang, demi kekuasaan 2009, mereka menjual nama kita. Semua atas nama dan demi nama rakyat.

    "Apakah pantas rakyat dijadikan objek kampanye??!!"

    "Apakah rakyat hanyalah bahan pemanis indah peraih kekuasaan??!!"

    renungkanlah;

    "siapapun presidennya, rakyatlah yang akan menderita, karena rakyat hanyalah tumbal demokrasi"a

    ReplyDelete