Tuesday, December 8, 2009

SBY,Paranoid 9 Desember 2009 dan Singa

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com


Pemelihara hantu. Kasihan, SBY. Di dunia yang berubah dan rakyat semakin cerdas, ia tak lagi sebebas Soeharto saat meluncurkan mantra-mantra sakti untuk menghantam lawan-lawan politiknya.

Jaman dulu, tudingan Soeharto bahwa sesuatu gerakan terindikasi berbau komunis, maka segera lumpuhlah gerakan yang dimaksud. Pemunculan hantu-hantu semacam itu, walau juga belum surut, kini sudah tak mempan lagi.

Mantra tentang ancaman penumpang gelap yang memicu huru-hara, seperti diluncurkan orang dekat SBY, Andi Mallarangeng, ketika merujuk gerakan moral memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia 9 Desember 2009, sudah tak punya strum lagi. Karena publik juga belum mudah lupa SBY punya kata.

Bom meledak di Kuningan, 17/7/2009. SBY langsung tampil. Ia mengatakan bahwa hal itu terkait gerakan untuk menghalangi dirinya dilantik sebagai presiden untuk masa jabatan kedua. Ia bercerita, akan ada gerakan massa menduduki Kantor KPU. Hal itu akhirnya juga tidak terbukti.

Paranoid. Pernyataan dirinya itu mengingatkan kisah tentang seseorang yang sedang menebarkan garam di depan dan sekitar rumahnya.

Tetangganya heran dan bertanya tentang aksi aneh tersebut. “Garam-garam itu akan menghalangi singa-singa untuk masuk ke rumahku,” kata si penabur garam dengan yakin.

Tetangganya menyahut : “Tindakanmu itu muskil. Singa-singa itu hanya ada di Afrika. Jaraknya ratusan ribu kilometer dari sini. Singa-singa itu bakal tidak akan pernah memasuki rumahmu ini !”

Si penabur garam menjawab tenang. “Nah, apa aku bilang. Garam-garam itu sangat sakti, bukan ?”

Indonesia bergerak. Pernyataan-pernyataan SBY semacam di atas semain mudah memicu bangsa Indonesia untuk bergerak. Bergerak untuk semakin tidak mempercayai dirinya.

Kita akan mudah teringat akan dongeng tentang ulah seorang gembala yang jahil. Untuk memicu sensasi, suatu sore ia berteriak-teriak kepada warga kampungnya bahwa ada harimau sedang memakan ternak gembalaannya. Ketika warga kampungnya itu berdatangan, ia hanya tertawa-tawa. Harimau itu memang tidak ada.

Suatu hari, ia melakukan hal itu lagi. Kembali warga kampung berdatangan. Si penggembala itu kembali tertawa-tawa. Pada kejadian yang ketiga, saat ia berteriak meminta tolong karena ada harimau, warga kampung sudah tidak menggubris teriakannya lagi. Walau kali ini harimau itu benar-benar ada. Dan bahkan juga menerkam diri si penggembala itu pula !

tfb

No comments:

Post a Comment