Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com
Berbakat abad 20. “Tragedi kematian Michael Jackson dalam usia 50 tahun, dikabarkan akibat serangan jantung, hanya menjadi gambaran yang pucat bila dibandingkan dengan tragedi dalam hidupnya.”
Itulah tulisan pembuka dari Josh Tyrangiel dari majalah TIME, yang berjudul “Michael Jackson, 1958-2009: The Talent and the Tragedy.”
Lanjutnya : “ Untuk memahami semua kisah jatuh-bangun dirinya memerlukan kita menelusuri masa tiga puluh tahun sejak operasi plastik yang mendeformasi dirinya, tingkah laku eratik yang membuat namanya sinonim dengan pembengkokan daya sebuah ketenaran, dan pengadilan tahun 2005 dengan tuduhan pelecehan terhadap anak-anak, walau pun ia tak terbukti bersalah, membuat dirinya sebagai paria dan mencuci otak seluruh penggemarnya.”
“Tetapi bila Anda dapat memaafkan atau melupakan hal di atas itu semua, Michael Jackson merupakan salah satu penghibur yang paling berbakat pada abad ke-20.”
Inspirasi kampanye. Berita yang mendunia terkait meninggalnya King of Pop itu di Indonesia segera menjadi perbincangan. Juga di kalangan pendukung capres-cawapres yang kini makin panas berkompetisi menjelang pilpres 8 Juli 2009. Para spin doctors yang nampak kelaparan untuk memanfaatkan momen apa saja demi diolah menjadi bahan iklan memenangkan capres-cawapres yang dibelanya, momen tragedi Jackson itu segera mereka sambar juga.
Desas-desus yang beredar, kesigapan semacam itu semula dimiliki oleh kubu SBY-Boediono. Tetapi kubu-kubu rivalnya, berkat peran intelijennya yang julig, keunggulan kubu Cikeas itu segera terendus dan segera bukan jadi rahasia lagi. Inilah yang terjadi :
Di markas besar masing-masing kubu terpasang boneka-boneka (effigy) dari tokoh kompetitor mereka. Di kubu Mega-Prabowo terdapat boneka SBY-Boediono dan boneka JK-Wiranto. Di markas kubu SBY-Boediono terpajang boneka Mega, Prabowo, JK dan Wiranto. Demikian juga di markas kampanye kubu JK dan Wiranto terdapat boneka Mega, Prabowo, SBY dan Boediono.
Setiap malam, dari masing-masing markas besar tim sukses itu selalu terdengar lagu hitnya Michael Jackson yang terkenal. Refrennya diputar berulang-ulang : “Beat it ! Beat it ! Beat it !”
Mungkin karena merasa memiliki musuh bersama, yaitu sang incumbent atau karena memang telah LEBIH terbiasa melakukannya, ada hal istimewa terjadi pada kubu Mega-Prabowo dan JK-Wiranto. Bunyi refren lagu itu selalu diikuti suara koor dari tim suksesnya dan juga suara gebukan yang lebih keras dari mereka.
Menengok sejarah, lagunya Michael Jackson itu juga pernah menjadi inspirasi bagi Presiden Soeharto saat berkuasa. Bukankah beliau pernah mengeluarkan ancaman “gebuk” itu bagi kaum kritis yang mengganggunya ?
Lagu itu kini juga laris menjadi ilham bagi sebagian majikan di Malaysia yang memiliki pembantu asal Indonesia.
ke
Monday, June 29, 2009
Monday, June 1, 2009
Tragikomedi Model Manohara
Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com
Buku khayalan. Sudahkah Anda membaca “buku baru” karya PM Italia Silvio Berlusconi ? Buku berjudul Happy Marriage, Happy Family itu aslinya dalam bahasa Italia adalah Matrimonio Felicita, Famiglia Felicita.
Sutradara film dan komedian Woody Allen, konglomerat Donald Trump sampai Madonna, konon pernah menulis buku berjudul sama.
Kuis : siapakah calon presiden/calon wakil presiden kita yang pantas menulis buku berjudul sama ? Siapkah pula Anda membacanya bila Dewi Persik, Ahmad Dhani, Maia, Glenn Fredly, Juni Shara, Halimah sampai Manohara, menulis buku yang berjudul sama ?
Tragis. Mengenaskan benar nasib model cantik asal Indonesia, Manohara (foto : bawah). Istri pangeran suatu kerajaan di Malaysia itu konon hidupnya penuh siksaan. Syukurlah, kini ia bisa membebaskan diri. Ia bisa kembali pulang ke Indonesia. Di layar televisi nampak ia larut dalam keharuan ketika bertemu ibunya.
Manohara sepertinya juga tidak menyesalkan kehilangan statusnya sebagai istri pangeran. Bahkan ia nampak bangga punya karier dan pekerjaan baru kini : berseragam loreng untuk menjadi anggota satgas pasangan calon presiden/wakil presiden di Pilpres 2009. Mengenaskan nasibmu, Manohara.
Mana nasionalismemu ? Anda mengikuti wawancara televisi dengan Manohara ? Simak baik-baik : berapa persen ia berbicara menggunakan bahasa Inggris ? Berapa persen ia kental menggunakan aksen Melayu ? Dan berapa persen ia menggunakan bahasa Indonesia ?
Well, saya bingung. Apakah akibat siksaan dari suaminya itu yang membuat saya merasa Manohara kini tak cocok lagi sebagai warga Indonesia ?
Mencari kodok. Bagaimana kelanjutan hidup dari Manohara ? Dalam wawancara televisi, ia berkata ingin melanjutkan pendidikan. Saya bingung : apakah ia akan mengulangi lagi pendidikan SD, agar lancar kembali berbahasa Indonesia ?
Atau berkuliah khusus karate atau silat, guna membela diri dari ancaman aksi kekerasan dalam rumah tangga ? Atau memilih belajar biologi, sehingga dirinya dapat bertemu kodok yang dapat ia cium untuk merubahnya menjadi pangeran yang baik hati ? (BH).
Sumber foto Manohara : http://celebrity.detikyogyakarta.net/manohara-pinot-kisah-model-indonesia/
Email : humorliner (at) yahoo.com
Buku khayalan. Sudahkah Anda membaca “buku baru” karya PM Italia Silvio Berlusconi ? Buku berjudul Happy Marriage, Happy Family itu aslinya dalam bahasa Italia adalah Matrimonio Felicita, Famiglia Felicita.
Sutradara film dan komedian Woody Allen, konglomerat Donald Trump sampai Madonna, konon pernah menulis buku berjudul sama.
Kuis : siapakah calon presiden/calon wakil presiden kita yang pantas menulis buku berjudul sama ? Siapkah pula Anda membacanya bila Dewi Persik, Ahmad Dhani, Maia, Glenn Fredly, Juni Shara, Halimah sampai Manohara, menulis buku yang berjudul sama ?
Tragis. Mengenaskan benar nasib model cantik asal Indonesia, Manohara (foto : bawah). Istri pangeran suatu kerajaan di Malaysia itu konon hidupnya penuh siksaan. Syukurlah, kini ia bisa membebaskan diri. Ia bisa kembali pulang ke Indonesia. Di layar televisi nampak ia larut dalam keharuan ketika bertemu ibunya.
Manohara sepertinya juga tidak menyesalkan kehilangan statusnya sebagai istri pangeran. Bahkan ia nampak bangga punya karier dan pekerjaan baru kini : berseragam loreng untuk menjadi anggota satgas pasangan calon presiden/wakil presiden di Pilpres 2009. Mengenaskan nasibmu, Manohara.
Mana nasionalismemu ? Anda mengikuti wawancara televisi dengan Manohara ? Simak baik-baik : berapa persen ia berbicara menggunakan bahasa Inggris ? Berapa persen ia kental menggunakan aksen Melayu ? Dan berapa persen ia menggunakan bahasa Indonesia ?
Well, saya bingung. Apakah akibat siksaan dari suaminya itu yang membuat saya merasa Manohara kini tak cocok lagi sebagai warga Indonesia ?
Mencari kodok. Bagaimana kelanjutan hidup dari Manohara ? Dalam wawancara televisi, ia berkata ingin melanjutkan pendidikan. Saya bingung : apakah ia akan mengulangi lagi pendidikan SD, agar lancar kembali berbahasa Indonesia ?
Atau berkuliah khusus karate atau silat, guna membela diri dari ancaman aksi kekerasan dalam rumah tangga ? Atau memilih belajar biologi, sehingga dirinya dapat bertemu kodok yang dapat ia cium untuk merubahnya menjadi pangeran yang baik hati ? (BH).
Sumber foto Manohara : http://celebrity.detikyogyakarta.net/manohara-pinot-kisah-model-indonesia/
Labels:
ahmad dhani,
buku fiktif,
dewi persik,
glenn fredly,
halimah,
juni shara,
maia,
manohara,
satir,
silvio berlusconi
Subscribe to:
Posts (Atom)