Wednesday, December 30, 2009

SBY 2009 : The Noble Whiner

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com


kaos sby 2009,the noble whinner

Gagal Nobel. Anda masih ingat, di tahun 2006 tatkala SBY ikut dinominasikan sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian ? Pemenangnya saat itu ternyata adalah Grameen Bank dan pendirinya Muhammad Yunus, yang berasal dari Bangladesh.

Di tahun 2009, SBY pantas memperoleh hadiah yang lain.

Sesudah menang telak dalam Pilpres 2009, ia nampak harus segera mengakhiri bulan madunya karena terus diamuk dan digempur dengan rentetan masalah besar. Prof. Tjipta Lesmana menyebutkan, ibarat petinju, SBY hanya bisa berupaya untuk bertahan agar tidak roboh pada ronde pertama !

Hantaman itu, misalnya kasus kriminalisasi Ketua KPK Bibid Samad Rianto dan Chandra Hamzah, Anggodo yang menyebut-nyebut nama dia dalam rekaman KPK, lalu kasus panas Bank Century yang semakin menghangat, sampai penerbitan buku menghebohkan, Membongkar Gurita Cikeas-nya George Junus Aditjondro.


Noble whiner. Kita dan media mencatat, sejak saat itu SBY suka mengeluh dan merengek, to whine di mana-mana. Kecuali mungkin saat ia berada di Copenhagen.

SBY selalu bicara dirinya merasa sebagai korban fitnah. Bukannya ia tegar, memberikan jawaban yang rasional, perilaku yang ia pilih justru mengeluh kemana-mana.

Untuk mengabadikan momen itu, untuk menutup tahun 2009 saya berencana meluncurkan kaos : “SBY 2009 : The Noble Whiner.” Untuk mendokumentasikan fenomena betapa SBY di tahun 2009 ini (juga di tahun 2010 mendatang ?) merupakan sosok penguasa, nobleman, yang getol mengeluh dan merengek kemana-mana.

Anda dapat bebas menggunakan slogan di atas, baik dalam kaos Anda atau situs blog Anda. Untuk Anda yang berminat membuat kaos bersama-sama saya, silakan kontak :

kisahkaos (at) gmail.com
cc : humorliner (at) yahoo.com.

Terima kasih.

Tuesday, December 8, 2009

SBY,Paranoid 9 Desember 2009 dan Singa

Oleh : Bambang Haryanto
Email : humorliner (at) yahoo.com


Pemelihara hantu. Kasihan, SBY. Di dunia yang berubah dan rakyat semakin cerdas, ia tak lagi sebebas Soeharto saat meluncurkan mantra-mantra sakti untuk menghantam lawan-lawan politiknya.

Jaman dulu, tudingan Soeharto bahwa sesuatu gerakan terindikasi berbau komunis, maka segera lumpuhlah gerakan yang dimaksud. Pemunculan hantu-hantu semacam itu, walau juga belum surut, kini sudah tak mempan lagi.

Mantra tentang ancaman penumpang gelap yang memicu huru-hara, seperti diluncurkan orang dekat SBY, Andi Mallarangeng, ketika merujuk gerakan moral memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia 9 Desember 2009, sudah tak punya strum lagi. Karena publik juga belum mudah lupa SBY punya kata.

Bom meledak di Kuningan, 17/7/2009. SBY langsung tampil. Ia mengatakan bahwa hal itu terkait gerakan untuk menghalangi dirinya dilantik sebagai presiden untuk masa jabatan kedua. Ia bercerita, akan ada gerakan massa menduduki Kantor KPU. Hal itu akhirnya juga tidak terbukti.

Paranoid. Pernyataan dirinya itu mengingatkan kisah tentang seseorang yang sedang menebarkan garam di depan dan sekitar rumahnya.

Tetangganya heran dan bertanya tentang aksi aneh tersebut. “Garam-garam itu akan menghalangi singa-singa untuk masuk ke rumahku,” kata si penabur garam dengan yakin.

Tetangganya menyahut : “Tindakanmu itu muskil. Singa-singa itu hanya ada di Afrika. Jaraknya ratusan ribu kilometer dari sini. Singa-singa itu bakal tidak akan pernah memasuki rumahmu ini !”

Si penabur garam menjawab tenang. “Nah, apa aku bilang. Garam-garam itu sangat sakti, bukan ?”

Indonesia bergerak. Pernyataan-pernyataan SBY semacam di atas semain mudah memicu bangsa Indonesia untuk bergerak. Bergerak untuk semakin tidak mempercayai dirinya.

Kita akan mudah teringat akan dongeng tentang ulah seorang gembala yang jahil. Untuk memicu sensasi, suatu sore ia berteriak-teriak kepada warga kampungnya bahwa ada harimau sedang memakan ternak gembalaannya. Ketika warga kampungnya itu berdatangan, ia hanya tertawa-tawa. Harimau itu memang tidak ada.

Suatu hari, ia melakukan hal itu lagi. Kembali warga kampung berdatangan. Si penggembala itu kembali tertawa-tawa. Pada kejadian yang ketiga, saat ia berteriak meminta tolong karena ada harimau, warga kampung sudah tidak menggubris teriakannya lagi. Walau kali ini harimau itu benar-benar ada. Dan bahkan juga menerkam diri si penggembala itu pula !

tfb